Setelah didata, ke-13 pelacur itu Kamis subuh dibebaskan lagi. “Kami tak punya dana untuk menampung mereka sehingga dilepaskan lagi setelah memberikan pernyataan di atas material mereka berjanji tidak akan lagi beroperasi di kawasan tersebut,” ujar Kasi Tramtib Kecamatan Ciawi Malawat Muhamad, Kamis.
Razia yang melibatkan 30 personil Muspika Ciawi beralgsung selama tiga jam sejak pk.23:00. “Kami tak ingin Ciawi kelak dikenal sebagai tempat mesum atau lokalisasi,” ujarnya. Dari pendataan tramtib itu, ke-13 jablay yang terjaring itu mengaku terpaksa menjual diri ke Pasar Ciawi setelah Lokalisai Gang Semen di Kecamatan Megamendung ditutup dan sejumlah tempat keramainan lainnya dilarang.
“Nah, Pasar Ciawi ini termasuk jalur ramai sehingga mereka mangkal di kawasan ini karena mudah mendaptkan lelaki hidung belang,” jelas Malawat mengutip pengakuan ke-13 jablay terjaring.
Disingung soal kos-kosan yang belum dirazia, Camat Ciawi Ade Hasrat menegaskan pihkany tidak akan melakukan penggerebekan ke kos-kosan yang dijadikan tempat mesum. “Saya menolak dengan cra itu, karena melanggar hak asasi seseorang,” katanya. Dia hanya minta kewaspadaan dari jajaran RT dan RW meningkatkan pengawasannya.
Penjelasan Camat ini membuat Iing Abdul Nasir, tokoh masyarakat Ciawi kecewa dan menilai Camat Ade Hasrat tak punya nyali. “Bila Camat tak berani serahkan kepada kami,” katanya.
Reaksi serupa juga dikatakan sejumlah pedagang Pasar Ciawi. “Kami sepakat akan uluran dana buat membantu Ormas Islam melukukan sweeping dan pengerebkan ke kos-kosan mesum. Kami tak mau Pasra Ciawi kelak menjjadi Pasar Pelacur, ” kata seorang pedang.
http://www.poskota.co.id/metro/2010/01/21/tak-punya-dana-menampung-13-pelacur-dilepas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar