Julukan Kota Santri yang disematkan kepada Sidoarjo tidak mampu menutupi sisi abu-abunya. Pemandangan terbatas itu malah bisa dinikmati secara gratis di tempat-tempat terbuka. Berbagai fasilitas umum justru dijadikan tempat mesum.
Pemandangan mesum bukan hal sulit didapat di Sidoarjo. Singgah saja sejenak menjelang siang di beberapa tempat umum, Anda akan mendapat suguhan gratis yang merisikan pandangan mata. Tidak perlu malam-malam keluyuran. Siang pun pemandangan itu bebas dilihat.
Fenomena mesum di tempat umum bukan barang baru di Kota Bandeng itu. Hampir di sebagian besar sudut tempat umum di Sidoarjo dijadikan tempat bermesraan oleh para remaja.
Salah satunya, di lingkungan alun-alun di pusat kota. Di lahan yang menjadi pusat pemerintahan itu, muda-mudi melepaskan hasratnya. Mulai hanya berduaan, berangkulan mesra, meraba-raba, sampai berciuman. Perbuatan itu dilakukan di tempat terbuka tanpa tedeng aling-aling.
Namanya saja alun-alun. Yang ada hamparan luas lahan kosong, air mancur, taman, dan pendopo yang hanya beratap tanpa sekat. Meski demikian, ruang terbuka hijau itu seolah menjadi tempat yang nyaman untuk melakukan perbuatan yang bersifat pribadi.
Berdasar pantauan Jawa Pos selama seminggu terakhir, perbuatan mesum itu dilakukan di sembarang tempat di lingkungan alun-alun. Sebut saja di bangunan beratap di utara. Pasangan remaja lebih suka memarkir sepeda mereka di areal dalam. Mungkin itu dirasa lebih aman.
Biar lebih leluasa dan seolah tidak ada yang melihat, pasangan memandang ke arah monumen di tengah alun-alun. Sembari duduk berdempetan, pasangan yang dimabuk cinta itu bercanda ria sambil cekikikan.
Jika mereka sudah duduk 15 menit, ulah mesum mulai muncul. Awalnya mereka berangkulan mesra sambil seolah berbicara serius. Sejurus kemudian, terkadang dua kepala itu berpagutan dalam waktu yang cukup lama. Saling meraba pun tidak terhindarkan, meski tidak sampai buka-bukaan.
Bukan hanya pendopo, lapangan parkir di sisi barat juga dijadikan tempat istimewa untuk bisa berbuat bebas. Meski terbuka lebar, mereka berasa di dalam kamar. Cukup memarkir kendaraan di satu sisi dan duduk-duduk di salah satu sisinya. Lebih aman lagi, jika di sisi berlawanan ada mobil yang diparkir. Dijamin ruang tersebut jadi tempat privat.
Mereka bisa jadi gelap mata. Meski di sekitar tempat itu banyak pedagang kaki lima yang mangkal, mereka tidak peduli. Bahkan, terkadang mereka harus bertetangga dengan pasangan lain yang mengambil tempat tidak jauh dari singgasananya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Alun-Alun Nawari tidak menyangkal fenomena tersebut. Menurut dia, perbuatan semacam itu paling sering dilakukan pukul 09.00 sampai 13.00. "Kebanyakan siswa-siswi sekolah," katanya.
Menurut dia, untuk mengaburkan status sebagai siswa, terkadang mereka melepas seragam dan menyimpannya di dalam tas. Hal itu mungkin dilakukan untuk menghilangkan anggapan bahwa mereka sedang membolos sekolah.
Meski demikian, dia menyatakan bahwa fenomena tersebut tidak bisa digeneralisasi untuk semua wilayah alun-alun. "Tidak semua sisi alun-alun dijadikan tempat seperti itu," kilahnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dia berencana membuat sistem keamanan yang ketat. Dengan begitu, alun-alun tidak lagi dijadikan tempat mesum. UPTD akan bekerja sama dengan polisi dan koramil yang akan memantau tempat itu.
Tempat lain yang tidak kalah digemari adalah GOR. Di lingkungan bangunan yang jadi pusat kegiatan olahraga itu memang lumayan njlimet. Banyak sisi-sisi yang memungkinkan dijadikan tempat untuk menyelinap dan berbuat mesum.
Lekukan gedung menjadi tempat yang cukup privat. Apalagi, bagian depan digunakan sebagai tempat parkir dan pelataran PKL. Karena itu, sisi tersebut tidak bisa terlihat dari sisi luar. Perbuatan apa yang dilakukan? Jawa Pos pernah memergoki satu pasangan yang baju atasan mereka sama-sama terbuka.
Hal serupa terjadi di sekitar gedung. Biasanya mereka memarkir tegak kendaraan. Dua sejoli duduk di atasnya sembari menghadap ke arah tembok. Dilihat dari belakang, Anda bisa langsung tahu apa yang mereka lakukan. Dua manusia menyatu seperti menjadi satu tubuh.
Kepala Dinas Pariwisata Pemkab Sidoarjo Bambang Winarko mengakui bahwa masalah itu seperti tidak ada habisnya. "Lha bagaimana gak terjadi Mas, wong tempatnya nylempit-nylempit," ujarnya kepada Jawa Pos.
Untuk mempersempit ruang gerak pacaran bebas, pemkab bakal memasang papan peringatan yang melarang perbuatan mesum. Larangan itu bakal disebar di banyak titik di lingkungan GOR. Cara tersebut diharapkan bisa menekan tindak asusila yang merebak. Meski, tak ada jaminan fenomena tersebut akan berkurang.
http://jawapos.co.id/metropolis/index.php?act=detail&nid=129027
Tidak ada komentar:
Posting Komentar