Selama sebulan di Batam, RA yang berasal dari Jakarta tersebut hampir setiap hari tampil. Biasanya penampilan striptis dimulai pukul 01.00. ''Saat itu, pengunjung diskotek membeludak,'' tambahnya.
Saat tampil di diskotek, biasanya RA tidak sampai melepas seluruh busananya. Masih ada beberapa pakaian yang dikenakan, meski sangat minim. ''Kalau tampil di ruang VIP, biasanya sampai lepas semua,'' ungkapnya.
Yang membuatnya menderita batin, saat tampil di ruang VIP, dirinya sering mendapat perlakuan kasar. Itu terjadi jika dia menolak permintaan pelanggan yang sudah mem-booking dirinya. ''Permintaan mereka bermacam-macam dan seringkali menjijikkan,'' ceritanya.
Hendra, yang diperiksa terpisah, membenarkan pengakuan RA. Selain RA, dia memiliki sembilan remaja putri lain yang dipekerjakan seperti itu. Sebagian besar pelanggannya, kata dia, adalah pengusaha. Namun, tidak sedikit pula pejabat sipil maupun militer. Justru pelanggan kedua itu yang membuat dirinya repot. ''Mereka sering minta gratisan,'' ungkapnya.
Meski gratisan, sebagai papi, Hendra tetap harus membayar penarinya. Biasanya, untuk penampilan 45 menit, dia harus membayar penarinya Rp 125.000. ''Itu hak dancer. Saya harus membayarnya, meski pelanggan itu gratisan,'' ujarnya.
Pelanggan dari kalangan pejabat tersebut baru bersedia mengeluarkan uang jika booking-an berlanjut sampai ke kamar hotel. Hal itu dibenarkan YS, salah seorang penari asuhan Hendra. ''Kalau lanjut di hotel, harus bayar. Kecuali booking di VIP pub atau diskotek,'' katanya. YS menyatakan, setelah menyervis para tamunya, dirinya langsung mendapatkan imbalan sesuai kesepakatan dengan agensi atau para tamu.
Berbeda dari RA, gadis di bawah umur tersebut mengaku tak pernah menikmati uang hasil kerjanya menjual dan mempertontonkan tubuhnya. ''Semua uang saya dipegang papi (Hendra, Red). Nggak tahu kalau teman-teman yang lain,'' ungkapnya.
Hal itulah yang mendorong dirinya untuk kabur dari tempat penampungannya di Blok F/16 Perumahan Happy Garden, Winsor, Senin (1/3). Dia mengaku tak betah dan tidak nyaman lagi menjalani pekerjaannya karena lelah dan tak kuasa menuruti kemauan para tamu yang terkadang berlebihan. ''Mereka (tamu, Red) tak mau tahu saya ini masih anak-anak,'' tegasnya.
http://jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=120513
Tidak ada komentar:
Posting Komentar